Laman

Senin, 21 Maret 2011

Aku ingin mengecupmu pagi ini. Serupa kecupan ringan, yang akan kau bawa membekali harimu yang sibuk dan penat.
Aku ingin membuatmu tahu, bahwa aku sangat kecil, sebegitu kecil, sehingga tak sanggup kau letakkan di manapun, selain di hatimu dan otakmu. Kau akan membawamu selalu.
Aku. Akan merindukanmu dengan tak sopan. Seperti senja yang berkejaran menanti malam. Dan Pagi yang tersindir senyuman dini hari. Saat aku, kamu, bergentayangan memulai hari.
Aku akan memberikanmu waktu. Aku tahu, ini serba sulit untukmu.
Aku hanya akan berdiam. Pada linimasa yang berteriak, aku coba kumpulkan hatiku yang sempat hancur terserak.
Tapi kamu meyakinkanku. Bahwa apa yang terlihat oleh mata, sering kali tak teraba oleh jiwa. Aku, adalah keseimbanganmu untuk itu semua.
Pagiku kali ini gerimis. Setiap tetesannya membawa kembali segala kisah dan ingatan tentangmu. Basahnya membuatku pasrah. Dan kepada keadaan, aku hanya bisa berserah.
Mari bicara tentang hati, siapa yang paling mengerti. Jika secuil penantian ini bersandar pada harapan. Aku ingin kau tau, bahwa aku tak ingin meraba masa depan.
Aku hanya ingin menikmati waktu ini. Denganmu. Bersama mu. Dan segala sesuatu yang entah apa kelak meramu.
Rindukanlah aku, seperti aku merindumu. Seperti bisik-bisik ranting dedaunan kepada burung hantu yang terjaga sepanjang malam. Aku, akan menantikanmu saat matahari mulai padam. Saat itulah, kamu bisa menyapaku dengan ramah, dan dengan segala ceritamu yang panjang tentang malam.

Tidak ada komentar: